Skip to main content

Posts

Questions From a Worker Who Reads

Who built Thebes of the 7 gates?  In the books you will read the names of kings.  Did the kings haul up the lumps of rock?  And Babylon, many times demolished,  Who raised it up so many times?  In what houses of gold glittering Lima did its builders live?  Where, the evening that the Great Wall of China was finished, did the masons go? Great Rome is full of triumphal arches.  Who erected them?  Over whom did the Caesars triumph?  Had Byzantium, much praised in song, only palaces for its inhabitants?  Even in fabled Atlantis, the night that the ocean engulfed it,  The drowning still cried out for their slaves.  The young Alexander conquered India. Was he alone?  Caesar defeated the Gauls.  Did he not even have a cook with him?  Philip of Spain wept when his armada went down.  Was he the only one to weep?   Frederick the 2nd won the 7 Years War.  Who else won it?  Every page a victory.  Who cooked the feast for the victors?  Every 10 years a great man.  Who paid the bill?  So many report
Recent posts

Ngajarin orang

Give a man a fish and you feed him for a day; teach a man to fish and you feed him for a lifetime Pas awal masuk kuliah, ketemuan sama Kalkulus I. Awalnya b aja ye kan mirip matematika SMA, eh taunya lama-lama beuh ribet banget. Asli lebih susah Kalkulus I daripada Kalkulus II dan Kalkukus Lanjut. Kalkulus II sama Lanjut itu kan materinya bener-bener baru, jadi tipe soalnya gak yang mendalam banget, lebih ke aplikatif gitu deh. Kalau Kalkulus I kan udah dapet di SMA, jadi pas kuliah, materinya udah advanced gitu. Soal-soalnya teoritis banget, serasa anak FMIPA jadinya hadeh. Semester 1 sampe 2 gw masih ngerasain kuliah oflen. Setiap mau ujian (UTS, UAS, bahkan kadang kuis), mahasiswa itu nanti diajarin sama asisten kayak review materi atau latihan soal gitu (Ini sebenernya opsional si, terserah asitennya. Asisten gw aja yang rajin). Gw lupa sih siapa asisten Kalkulus I pas itu, tapi doi dari dept. metal atau mesin gitu. Kita belajar si ruang K.301, ruangannya kayak tempat kuliah luar

Miskinnya Bahasa Indonesia

Pernah gak sih kalian mau mengungkapkan sesuatu tapi rasanya gak ada kata-kata yang cukup untuk menggambarkan perasaan atau ide dalam otak? Bukan salah lo kok, tapi ini salahnya Bahasa Indonesia HAHAHAHAHAHA. "Lah kok bisa salahnya bindo?" Coba kita telisik berapa banyak daftar kata di Kamus Besar Bahasa Indonesia. Berdasarkan sumber akurat dan terpercaya a.k.a Wikipedia, KBBI "hanya" me-list (see? This is what I mean) 127.036 entri. Kalau dibandingin sama kamus Webster Bahasa Inggris sih kalah telak, 470.000 entri. Makanya acap kali orang Indonesia kalau ngomongin topik yang agak advanced tuh pasti dicampur sama beberapa kata Inggris. Sebenernya sih udah ada usaha buat memperkaya bahasa Indonesia, kayak menyerap, membuat kata baru, atau menghidupkan kembali kata-kata arkais. Tapi usaha gak kenceng. Alah bisa karena biasa. Seharusnya dari media massa kek dipaksakan untuk menggunakan istilah dalam bahasa Indonesia biar terbiasa masyarakat dengernya. Zuzur coba, lebih

Ambisi Zonasi

O, zonasi. Nama keren untuk kebijakan yang tidak keren. Tujuannya menyamaratakan kesempatan masyarakat untuk sekolah. Masyakarat yang rumahnya dekat dengan sekolah —bagaimana pun kemampuan akademik dan non-akademiknya— akan dipastikan dapat melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri. Lantas yang ga mampu beli rumah dekat sekolah bagaimana? Ya sekolah swasta yang artinya harus bayar lebih mahal. Peta olahan Muhamad Ihsanur diambil dari grup Facebook Info Depok Peta di atas menggambarkan radius rumah terjauh yang dapat diterima di SMA Negeri di Depok pada tahun 2019. Sekolah favorit seperti SMAN 1, 2, dan 3 Depok hanya dapat menerima siswa yang rumahnya berjarak kurang dari 1 km ditarik secara garis lurus dari sekolah. Nah, nasib warga-warga yang tinggal di luar lingkaran biru itu ya harus berjuang via kuota prestasi dan kuota zonasi+prestasi  (jarak rumah dan prestasi diperhitungkan) atau pasrah bayar sekolah swasta. Di Jawa Barat kuota prestasi hanya 5% dengan rincian 2,5%

UI, U A A, DING DING PALALALA DING DING

L’Université d’Indonésie, notre université, la capitale du pays, blablablabla. Cuman bisa nerjemahin segitu doang wkwkwk. Btw, itu lagu Genderang UI  en fra nçais (80% yakin bener terjemahannya). Anak UI udah khatam lagu itu soalnya pas jadi maba wajib beut buat dihafalkan karena maba nanti bakal jadi padus pas wisudaan. Simbolis banget gak si? Jadi kayak regenerasi gitu, yang lama digantikan yang baru, dikumpulkan dalam satu tempat . Oiya, ini merupakan sebuah curcol dan  an appreciation post for myself karena udah diterima di UI! Isinya tentang pengalaman di masa awal diterima di FTUI. Ini post udah berdebu di draft soalnya males banget buat nulis beberapa bulan kebelakang. Gw diterima di UI itu jurusan Teknik Sipil via jalur SNMPTN  tahun 2019. Awalnya nih ya, Gw gak tau apa-apa samsek tentang teknil sipil dan has 0 interests wkwk. Ya iyalah, soalnya gw mulanya mau masuk ilmu komputer. Tapi karena saat pemeringkatan nilai rapor, nilai gw tidak aman, gw pindah haluan ke

Djakarta